
Tapi
keinginan tersebut membutuhkan perjuangan yang tidak biasa karena masih banyak
ditemui permasalahan dalam pelaksanaannya, apa saja permasalahan dan langkah
apa saja yang dilakukan untuk menciptakan desa siaga ini ? Sedikit kita korek
dalam kesempatan ini.
Gerakan Ibu Membangun Desa dengan
Hati atau Gita
Larasati yang gencar dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang salah
satunya merupakan gerakan untuk mengajak mesayarakat membangun desanya dengan
upaya pemberdayaan dan gerakan berbasis masyarakat.
”Dengan
Gita Larasati, TP-PKK Kecamatan dan Desa menjadi garda terdepan dalam upaya
UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) menuju Desa Siaga aktif,” jelas
Kabid PKM Dinas Kesehatan Lumajang, Dr. Ria Cancerina.
Menurutnya,
“dengan Gita Larasati, pihaknya berharap TP PKK Kecamatan dan Desa tergeraknya
kemampuan dan terbangunnya kemampuan dalam membangun desanya. “Pendekatan yang
dilakukan harus dengan hati, dikarenakan pemberdayaan selalu berhubungan dengan
orang banyak, dalam hal ini masyarakat sekitarnya” begitu ungkapnya.
Ditegaskan
lagi oleh beliau, “ sosialisasi akan terus dilakukan, yakni dari tingkat
kecamatan terdiri dari ibu ketua TP-PKK Kecamatan, sedangkan dari tingkat desa
sendiri ibu TP-PKK Desa yang akan dijadikan percontohan bidang kesehatan dan Kepala
Puskesmas di masing-masing wilayah”.
”Pelaksanaaan
sosialisasi ini tetap dilakukan di tingkat kabupatan dengan lama pelaksanaan
dua hari,” terangnya.
Untuk
meningkatkan semangat gerakan membangun keluarga sehat, nantinya Pemerintah Kabupaten Lumajang
melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang akan memberikan semacam penghargaan sebagai
wujud terima kasih kepada masyarakat yang telah berpartisipasi atas
keberlangsungan program Gita Larasati di Kabupaten Lumajang ini.
”Di
antaranya penghargaan Parahita Pratama, Parahita Madya dan Parahita Paripurna,”
ujarnya.
Dr.
Ria juga mengatakan, ada pun kegiatan Gita Larasati, dalam rangka membentuk
desa siaga aktif yakni mengiventarisi dan menganalisa masalah yang ada di
masing-masing kecamatan maupun skala desa.
”Inventaris
masalah dan potensi dapat dilakukan berdasarkan kalender musim, pemetaan dan
kombinasi kalender musim dan pemetaan,” tukasnya.
Sedangkan
Kasie PSM Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang, Nuruliah Hanifah, MKes
mengatakan, Posyandu dan Poskentren merupakan salah satu UKBM yang sudah
memasyarakat. ”Posyandu saat ini dapat secara langsung dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat sebagai upaya untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi,”
katanya.
Namun,
dalam pelaksanaannya UKBM ada yang berkembang dan ada yang tidak berkembang
karena beberapa faktor pendorong dan penghambat yakni masih banyaknya permasalahan
di semua tingkatan.
”Masalah-masalah
tersebut jika diminimalkan maka UKBM bisa berjalan dengan maksimal,” ungkapnya.
Dilanjutkan olehnya, masalah-masalah penghambat UKBM yakni belum optimalnya
stake holder di wilayah pelaksanaan UKBM bersebut. “Yakni TP-PKK Kecamatan,
ketua TP-PKK Desa, lintas sektor, toga,/toma dan masyarakat,” terangnya.
Belum
lagi seringnya terjadi pergantian kader, budaya masyarakat yang tidak mendukung
program kesehatan. ”Rendahnya dukungan dana untuk upaya kesehatan dan adanya
anggapan bahwa program kesehatan adalah program milik orang kesehatan sebagai single
fighter dalam menangani
masalah kesehatan, bisa menghambat UKBM,” tukasnya.
Meski,
ada penghambat, jika ditilik dan dikaji, segala upaya permberdayaan sangat
tergantung pada stake holder.
“Jika
peran ketua TP PKK Desa dan Kecamatan sangat
berpengaruh pada program kesehatan yang bekesinambungan, maka tujuan untuk
membentuk desa siaga aktif bisa lebih mudah,” pungkasnya. Semoga apa yang
dilakukan dapat menjadikan Lumajang yang lebih sehat dan bermartabat seperti
apa yang diharapkan seluruh masyarakat Lumajang. Salam Lumajang Sehat
Sumber : Gita Larasati Grati
0 komentar